Senin, 15 April 2013

PENYUSUTAN JUMLAH PERSONEL TNI DILAKUKAN SECARA BERTAHAP





linud kostrad
JKGR :Jumlah pasukan TNI akan terus disusutkan secara bertahap. Jika saat ini jumlahnya sekitar 470.000 personil, maka pada tahun 2029  diproyeksikan tinggal 300.000 personil.

Di era perang modern, jumlah pasukan bukan segala-galanya, walau asumsi ini masih menjadi perdebatan.  Jika mengacu kepada strategi Uni Soviet pada Perang Dunia II,  pernyataan Stalin bahwa Quantity is Quality terbukti sukses di lapangan saat menghadapi invasi Jerman. Namun teknologi militer terus berkembang dan  muncul juga pemikiran jumlah pasukan bukan hal terpenting, melainkan persenjataan dan kesiapan tentara itu sendiri.

Di sisi lain, Kementerian Pertahanan sendiri menilai, kesiapan alat utama sistem senjata yang dimiliki oleh TNI masih sekitar 50 persen. Jumlah dan kualitas alutsistanya masih minim, baik dari segi umur maupun teknologi.

Konsekuensinya 50 persen dari jumlah prajurit tidak siap tempur dalam kondisi optimal karena tidak didukung alutsista yang memadai. Lebih parah lagi, anggaran belanja TNI yang diberikan pemerintah justru lebih banyak untuk belanja pegawai (gaji, tunjangan, pensiun, dll), bukan untuk belanja modal atau pembelian alutsista. Belanja pegawai lebih tinggi daripada belanja modal menyebabkan tidak ada  investasi di human investment melainkan human consumption.

Dengan disusutkannya jumlah pasukan, diharapkan kurva anggaran belanja TNI tidak gemuk untuk anggaran belanja pegawai, melainkan bisa berimbang dengan modernisasi alutsista. Sebagian anggaran bisa dialihkan untuk pendidikan, pelatihan dan terutama kesejahteraan prajurit yang lebih baik.

Mengapa penyusutan hingga tahun 2029 ?. Penyusutan dilakukan bertahap dengan memperkecil rasio jumlah perekrutan prajurit dibandingkan jumlah yang pensiun. Jika kita cermati prosentase perekrutan saat ini, lebih kecil dari prosentase yang pensiun per tahun.

Intai Amfibi
Seiring dengan penyusutan jumlah anggota TNI, Dephan mendorong kenaikan anggaran belanja TNI. Jika anggaran pertahanan bisa ditingkatkan menjadi 2 persen dari PDB, maka selama 15-20 tahun, kesiapan alutsista yang dimiliki oleh TNI bisa mencapai 70 hingga 90 persen. 

Berdasarkan data SIPRI 2010, anggaran belanja militer Indonesia 0,9 persen dari Produk Domestik Brutto (PDB) 2009. Sementara menurut Wapres Boediono (Nov 2012), belanja militer Indonesia lebih kecil lagi yakni 0,7 dari PDB.

Untuk menutupi gap “Quantity is Quality” maka TNI akan mendorong dipercepatnya RUU Komponen Cadangan. Anggota komponen cadangan akan dibentuk melalui proses pelatihan dasar kemiliteran dengan standar pelatihan yang out put-nya memiliki kemampuan dasar untuk bertempur, mental yang tangguh dan jiwa juang yang tinggi.

Komponen Cadangan ini hanya aktif untuk menghadapi ancaman militer khususnya ancaman militer perang berdasarkan strategi pertahanan, melalui mobilisasi dan demobolisasi yang ditetapkan oleh Presiden.

Negara tetangga Singapura dan Malaysia  telah membentuk Komponen Cadangan. Sementara di Jerman, ide Komponen cadangan muncul tahun 2003 sebagai dasar restrukturisasi militer Jerman (Bundeswehr). Komponen Cadangan didisain sesuai kebutuhan misi militer, baik struktur, personel, pelatihan dan perlengkapan dengan motto “organize and train as you fight”.

Pada tahun 2007 militer Jerman dirampingkan dari 495,000 personel menjadi 252,500 termasuk Wamil. Komponen Cadangan aktif berjumlah 2,350 personel dari sekitar 80,000, seiring upaya pengefektifan dan pengurangan anggaran.

kopassus tni
Geopolitik

Modernisasi di tubuh TNI dibutuhkan karena perubahan geopolitik kawasan yang terus memanas: Konflik Korea Utara- Selatan, Konflik Malaysia dengan Kesultanan Sulu di Sabah, Konflik Laut China Selatan akibat semakin agresifnya China, penempatan pasukan AS di Darwin Australia.

Pasukan TNI harus modern dan ready for battle, untuk meningkatkan daya tempur dan daya gertak terhadap pasukan asing. Sukses tidaknya modernisasi TNI akan terbaca dari strategi pertahanan dan doktrin pertahanan yang dianut. Apakah alurnya terlihat mengalir atau masih tersendat.

Sumber : JKGR

ANALISIS:Memahami karakter Tentara

ANALISIS-(IDB) : Tentara di manapun di muka bumi ini adalah salah satu lambang keperkasaan negara, simbol dari eksistensi kewibawaan untuk melanjutkan dan melangkah dalam etika pergaulan antar bangsa. Tentara adalah nadi yang mengalirkan darah negara untuk mampu bercita-cita dengan mengawal perjalanannya dari segala bentuk ancaman dan gangguan eksistensi.

Tentara Indonesia lahir dari rahim Ibu Pertiwi yang secara gagah berani memproklamirkan kemerdekaan jamrud Sabang Merauke.  Tanggal 17 Agustus 1945 diumumkan kemerdekaan Republik Indonesia ke seluruh dunia.  Tentu saja sang Penjajah tak terima maka dikirimlah pasukan gabungan sekutu pemenang perang dunia II yang didalamnya ada tentara Belanda.  Maka selama lima tahun berikutnya terjadilah perang kemerdekaan di seluruh tanah air.  Kegigihan militer Indonesia yang didukung penuh rakyat membuat Belanda letih bertempur dan akhirnya mengakui kedaulatan RI akhir Desember 1949.
Pasukan Kostrad dalam sebuah Defile
Inilah cikal bakal nilai kejuangan tentara Indonesia yang bersama rakyat bahu membahu menegakkan NKRI.  Nilai kejuangan ini bentuknya adalah militansi, heroik dan nasionalis memberikan warna dalam langkah sejarah perjalanan bangsa selanjutnya. Militernya heroik, rakyatnya nasionalis, itulah keistimewaan Republik Indonesia.

Pasukan khusus Indonesia dari satuan angkatan darat, Kopassus sudah jauh hari memberikan nilai kebanggaan dan martabat bernegara.  Keberhasilan Kopassus dalam membebaskan jet DC-10 Garuda dan penumpangnya yang dibajak dalam perjalanan Jakarta-Medan di Bandara Don Muang Bangkok tanggal 28 Maret 1981 merupakan nilai cum laude yang berhasil mengangkat harkat satuan elite ini di mata dunia.  Masih banyak prestasi lain yang dilakukan pasukan loreng darah ini sepanjang sejarahnya mengawal NKRI.

Garis hidup seorang prajurit adalah bersiap diri untuk setiap saat maju ke medan penugasan apakah itu dalam bentuk operasi militer, operasi intelijen atau operasi kemanusiaan.  Negara nomor satu, keluarga nomor dua.  Bentuk kesiapan itu adalah untuk seluruh organ yang dia miliki termasuk nyawa yang memang sudah ada dalam perjanjian mencetak karakter prajurit.  Karakter yang dibentuk melalui pendidikan dan latihan militer TNI sebenarnya untuk melahirkan kembali isian benak, isian hati, isian naluri untuk disatukan pada ikatan yang bernama mati untuk negara demi kehormatan  dan sebuah harga diri bangsa.

Dalam bingkai tertib sipil, tentara sejatinya tidak pernah memulai sebuah sebab karena memang tak ingin memberikan akibat.  Tetapi jika tentara dilukai dan dibunuh secara keji oleh preman sebagaimana yang terjadi di Yogya baru-baru ini maka naluri tempur yang dididihkan melalui semangat patriotik membela NKRI dan korps akan memberikan letusan lahar dan semangat hukum qisas.  Nyawa dibayar nyawa karena itu adalah adrenalin yang disumpahkan dan disusupkan dalam diri seorang tentara.   Itulah yang mestinya dipahami oleh kita karena karakter tentara adalah kehormatan dan martabat sebagaimana dia menjaga kehormatan bangsa dan negaranya.
Pasukan Marinir menyemut dan menyengat
Semangat untuk menyeimbangkan harkat tentu sangat kita hormati karena pada dasarnya kita adalah manusia yang menghargai harkat dan martabat.  Tetapi ketika hendak disandingkan terhadap dua sebab kematian yang tidak diingini maka menjadi tidak seimbang ketika kematian tentara yang nota bene asset penting NKRI tidak disebut pelanggaran HAM sedangkan kematian 4 preman yang menjadi pemicu disanjung-sanjung sebagai pelanggaran HAM.  Itu sama saja kita mengamini sebuah terminologi preman lebih berharga dari tentara.

Okelah, pertanggungjawaban ke 11 prajurit itu di mata hukum sedang dalam proses.  Kita hanya ingin menyampaikan pesan kepada anak negeri bahwa meski secara hukum mereka salah tetapi jika kita mampu memahami bangunan karakter tentara tentu kita bisa memahami mengapa serangan balasan itu bisa terjadi.  Sangat ironi tentara dibunuh oleh kelompok preman.  Lebih ironi lagi ketika perjalanan proses menuju peradilan militer, ada upaya untuk mengangkat harkat untuk tidak disebut preman dan sekan-akan hendak menjadikannya sebagai pahlawan.

Sebagaimana yang disampaikan Letnan Jendral (Purn) Luhut Panjaitan, jika saja masyarakat tahu “proses” pembunuhan keji anggota Kopassus di Yogya melalui CCTV maka tentu saja orang akan memaklumi tindakan balas dendam itu.  Sayangnya reportase pemberitaan media kita lebih sering mengedepankan drama, bukan fakta.  Drama pemberitaan keluarga 4 preman diberitakan sebagai kaum yang dizalimi sementara keluarga tentara yang dibunuh dan sedang hamil berat “ditelantarkan”.  Model media drama seperti ini ditambah ketidakseimbangan peran Komnas HAM dan LSM lain memberikan kesan menggiring cara pandang untuk memojokkan institusi tentara.

Meski demikian, suara hati sebagian rakyat Indonesia sesungguhnya ada disamping tentaranya.  Simak saja suara itu di hampir semua media on line dan cetak.  Rakyat sudah makin cerdas memilah dan mencerna.  Tindakan shock terapy tentara di Cebongan sesungguhnya mewakili suara rakyat cerdas yang sudah muak melihat ulah preman dan kriminalitas di sekelilingnya.  Meski secara hukum salah tetapi dalam rangka memberi efek kejut yang mampu menciutkan nyali preman atau siapa saja pelaku kejahatan yang menantang tentara, tindakan itu perlu dan pantas.  Pesannya sangat jelas dan itu adalah karakter sejati tentara, kehormatan dan harga diri korps sebagaimana tugas utamanya menjaga kehormatan dan harga diri NKRI.
 
 
 
 
Sumber : Analisis

Selasa, 02 April 2013

Ilmuwan Pentagon Lacak Tanda Vital Tentara dengan Tato

Dalam upaya yang terus dilakukan untuk mengukur seluruh aspek fisiologis tentara AS, para peneliti di Pentagon berencana mengembangkan sebuah perangkat yang dapat melacak respon fisik tubuh terhadap stres. Pentagon mensyaratkan perangkat tersebut harus berdaya tahan tinggi dan tidak mengganggu tentara dalam aktifitasnya.
 
Ilmuwan militer Pentagon yakin bahwa dengan menggunakan perangkat -kemungkinan berbentuk tato pada tubuh- untuk melacak respon denyut jantung, suhu atau bio-listrik selama masa pelatihan yang beragam pada tentara, akan membantu mereka memecahkan masalah kelelahan dan stres saat pertempuran.

Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA), "orang" yang sama yang mengembangkan robot cheetah, robot burung unta, drone big dog, proyek "Avatar", ilusi medan perang, senjata serangga dan kamera mata-mata texting, baru-baru ini ditugaskan Pentagon untuk mengembangkan perangkat bio-statistik generasi terbaru. Diharapkan teknologi baru ini akan mampu melampaui paradigma saat ini yang memonitor pasien masih dengan menggunakan jarum, gel dan elektroda. Dan perangkat yang canggih ini memungkinkan untuk mengintegrasikan segala sesuatu dari sensor ke pemancar ke membran (ukuran kecil) yang dapat menempel pada kulit -seperti tato temporer.

DARPA mengharapkan bahwa perusahaan yang memenangkan kontrak nantinya, penelitiannya dapat menggunakan teknologi yang relatif baru dikenal yaitu sistem elektronik epidermis (epidermal electronic systems / EES) agar menghasilkan sensor yang lebih baik, tidak mengganggu dan berdaya tahan tinggi saat pelatihan tempur modern bagi para tentara. Bahannya fleksibel, elektronik dan transmitter yang berkelok-kelok (seperti ular) yang membentuk jaring yang merenggang. "Desain inovatif ini berisi semua komponen yang diperlukan dan lapisan yang tipis," tulis Zhenqiang Ma, seorang insinyur listrik di Universitas Wisconsin, dalam ulasan teknologinya.

Perangkat ini akan sefleksibel rambut, mengikuti kelenturan kulit dan menggunakan molekul yang kuat. Menurut penelitian oleh penemu EES di Universitas Illionis di Urbana-Champaign, perangkat ini tidak akan rusak karena dicubit, ditekan, ditarik dan direnggangkan. Dalam sebuah percobaan, peneliti menempatkan tato sensor pada subjek (tidak dijelaskan apa atau siapa) mereka, perangkat tersebut aktif selama lebih dari 24 jam sebelum akhirnya wore-off.

Perangkat ini merupakan array* kecil yang menggabungkan sensor-sensor penting, seperti itu Electrocardiogram (EKG), denyut jantung dan suhu dengan antena gelombang pendek dan kemampuan transmisi. Menggunakan sumber daya kecil yang menggunakan tenaga matahari atau radiasi elektromagnetik, data dapat diperoleh secara real time dan dikirim ke perangkat genggam. EES sebenarnya dikembangkan dari monitoring tradisional pada pasien, namun teknologi ini bisa dikatakan hampir sempurna.

Ini bukan proyek DARPA yang pertama dalam hal mengukur pengalaman tempur tentara. Di masa lalu, DARPA sudah tertarik dengan overclocking mitokondria selular, bereksperimen dengan sleep deprivation, dan tahun lalu melacak stres pada tingkat hormonal. Respon fisiologis tubuh dapat digunakan untuk mengukur banyak hal, seperti aktifitas fisik, gairah seksual, bahkan bahaya yang mengancam nyawa.

Tidak mengherankan, itu adalah terakhir kalinya DARPA tertarik pada hal ini. Sementara tingkat tertentu dari stres tetap diperlukan dan bahkan menguntungkan, stres yang berlebihan dapat menguras kesiapan dan kesehatan mental tentara. Mengisolasi faktor-faktor yang menyebabkan melonjaknya tingkat stres, merupakan bagian dari inisiatif yang lebih besar untuk memahami dan mengontrol pemicu yang berbeda dari respon fisiologis tubuh.

Ada juga teknologi baru lainnya yang nampaknya menjanjikan. Power Felt, pakaian dalam yang mengubah panas tubuh menjadi sumber tenaga (mengisi baterai). Bahan kain, yang dibuat di laboratorium material David Carrol di Universitas Wake Forest, bahkan lulus tes berenang karena istri Carrol dengan sengaja memasukkan salah satu pakaian tersebut ke dalam mesin cuci.

Power Felt yang menyelimuti tubuh, namun DARPA cuma mendukung desain yang menggunakan fisiologi tubuh untuk mengoptimalkan penempatan sensor dan pemrosesan sinyal. Dan rentang transmisi bukan merupakan faktor besar. Ambivalen DARPA adalah apakah data ditransmisikan secara real time atau setelahnya (post facto). Akhirnya, perangkat yang dinginkan DARPA ini "mengerucut bentuknya" menjadi perangkat semacam tato. Stempel bagi tentara?

Selasa, 29 Januari 2013

Eksperimen AS Buat Tentara Mutan


eksperimen tentara mutan
Ilustrasi tentara mutan. Foto : TrueBrit/member AboveTopSecret.com
ARTILERI - Menurut sebuah laporan yang dikutip Pravda.ru dari tiga peneliti di California State Polytechnic University, lembaga ini tengah terlibat proyek eksperimen terhadap tentara AS dengan menggunakan obat-obatan, prosthetics, manipulasi gen dan teknik lain. Ini bukan pertama kalinya AS bereksperimen dengan tentara mereka.
Eksperimen terhadap tentara AS ini adalah dalam rangka untuk mengembangkan sebuah proyek yang nantinya membuat tentara memiliki gen baru yang akan menjadikan mereka tentara super yang tidak kenal rasa takut, dan memiliki kekuatan dan daya tahan yang lebih dari tentara biasa.
Pada tahun 1970, AS juga melakukan serangkaian percobaan terhadap tentaranya yang ditujukan untuk mengembangkan "senjata" halusinasi. Kala itu Pentagon memberikan LSD -Asam lisergat dietilamida, sebuah narkotika halusinogen- kepada tentaranya, dan tampaknya para tentara itu tidak sepenuhnya memahami konsekuensi dari penggunaan obat tersebut. Selama Perang Dingin, tentara AS juga terkena gas saraf, psychochemicals dan zat beracun lainnya secara eksperimental dan tanpa persetujuan mereka.
Mengenai eksperimen semacam ini, yang tujuannya untuk menghasilkan tentara mutan, harus ada sebuah lembaga yang mengatur sejauh mana perubahan dalam gen dapat dibuat dan juga merespon ketika tentara menderita atau mengalami kerusakan pada kesehatan mereka.
Di luar peringatan itu, Angkatan Besenjata Amerika Serikat telah menggunakan metode obat-obatan dan perangsang untuk menjaga stamina tentara yang aktif di lapangan (seperti Afghanistan). Juga diketahui bahwa pilot-pilot AS yang sedang menjalankan misi yang lama telah diresepkan Dexedrine, obat yang diperintahkan oleh petinggi militer AS, yang menjadikan para pilot tetap memiliki kewaspadaan tinggi dan cepat tanggap selama tugasnya.
Organisasi medis AS mengatakan bahwa Dexedrine dapat menimbulkan efek samping seperti depresi, insomnia, hipertensi dan berbagai gangguan lainnya. Badan Administrasi Obat dan Makanan AS juga memperingatkan bahwa Dexedrine dapat menyebabkan perilaku agresif baru atau lebih buruk dan juga sifat permusuhan, sehingga memberikan alasan bagi tentara untuk "merasa tidak bersalah" atas kesalahan dan insiden yang dilakukannya.
Tubuh manusia adalah anugerah Tuhan yang sudah sempurna. Manusia bisa saja bereksperimen, namun selain manfaat yang didapat, manusia terkadang tidak mengetahui dampak mengerikan di balik itu. Sekedar untuk membuat tentara super untuk memenangkan perang, bisa saja, tapi apa resiko yang ditanggung setelah itu. Tentara mutan atau penjahat mutan? keduanya bisa terlahir dari eksperimen semacam ini. (FS)

Leopard Revolution

Leopard Revolution adalah salah satu varian terbaru yang merupakan pengembangan dari Leopard 2A4. Tank ini diproduksi oleh pabrik persenjataan berat Jerman, Rheinmetall. Leopard Revolution pertama kali diperkenalkan pada tahun 2010, dan menurut analis militer tank ini juga sering disebut sebagai Leopard 2A4 Evolution. Leopard 2A4 sendiri adalah salah satu varian Leopard 2 yang paling banyak diproduksi dan dipakai di banyak negara dalam jumlah besar.

Leopard Revolution

Dari segi harga, Leopard Revolution jauh lebih mahal dari varian 2A4 yaitu AS$1,7 juta per unit, atau kalau dirupiahkan senilai 16,3 miliar rupiah per unit. Sementara varian 2A4 harganya "hanya" AS$700 ribu atau 6,7 miliar per unit.


Kemampuan

Dari segi tampilan, memang ada perbedaan di antara kedua tank yang memang "bersaudara" ini. Yang paling jelas terlihat perbedaannya adalah pada turret (kubah) meriamnya. Leopard Revolution memiliki turret meriam yang sisinya bersudut miring dan tajam, sementara 2A4 turretnya berbentuk kotak. “Visi dan misi” kedua varian ini pun berbeda.

Sang pendahulu yaitu Leopard 2A4 yang dikembangkan di era 1980-an mengangkat konsep peperangan kala itu yaitu perang terbuka melawan Blok Timur Uni Soviet di medan terbuka. Sementara Leopard Revolution sebagai generasi tahun 2000 dirancang untuk diterjunkan pada peperangan yang pada praktiknya justru paling banyak dijalani negara-negara Barat saat ini yaitu perang gerilya dan perang kota, seperti yang dihadapi pasukan NATO di Afghanistan dan belajar dari apa yang dialami pasukan AS dan Inggris di Irak - Pada perang Teluk I, Irak memenangi perang kota walaupun harus menghadapi musuh yang besar yaitu AS dan Inggris berikut koalisinya-.

Leopard Revolution

Pengembangan paling nyata dari Revolution adalah pada perangkat proteksinya, yang menggunakan lapisan komposit Advanced Modular Armor Protection (AMAP). Lapisan pelindung ini terdiri atas materi nanokeramik serta titanium dan baja alloy, yang diklaim memberikan kemampuan perlindungan yang jauh lebih baik. Karena sifatnya yang modular alias bisa dibongkar pasang, pengguna bisa memilih variasi kemampuan proteksi sesuai kebutuhan, seperti untuk menangkal granat berpeluncur roket (RPG) atau untuk peledak improvisasi (IED).

Dengan sifat modularnya itu pula, seandainya lapisan proteksi itu rusak dihajar serangan musuh, perangkat itu bisa dibongkar untuk diganti baru. Dengan tambahan lapisan proteksi itu, ada konsekuensinya yaitu bobot tank yang bertambah hingga menjadi lebih kurang 60 ton, dibandingkan varian 2A4 yang sekitar 57 ton.


Persenjataan


Sebagai senjata utama, Revolution menggunakan meriam yang sama dengan 2A4 yaitu meriam L44 smoothbore kaliber 120 mm. Meriam ini bisa menggunakan semua varian peluru standar NATO, dan tank ini mampu membawa amunisi sebanyak 42 butir. 15 peluru sudah dalam kondisi siap tembak tersimpan di kubah meriam (otomatis reload), sementara sisanya tersimpan di bagian dalam bodi.

Leopard Revolution

Untuk tambahan daya gempur dan pertahanan diri ringan, tank yang diawaki 4 orang ini juga dilengkapi senapan mesin berat kaliber 12,7 mm yang dioperasikan dengan remot kontrol sehingga awak tank tak perlu muncul keluar untuk mengoperasikannya. Sepucuk senapan mesin kaliber 7,62 juga terpasang sejajar dengan meriam.

Untuk menjawab keraguan bahwa meriam bermodel smoothbore alias bagian dalam larasnya licin itu akurasinya di bawah meriam rifled bore atau laras berulir, Rheinmetall memasang sistem kendali penembakan yang lebih modern, yang mampu menjamin ketepatan menembak pada kesempatan pertama.


Mesin

Dari segi mesin, Revolution tetap menggunakan tipe mesin yang sama dengan 2A4 yaitu mesin diesel turbocharge MTU MB837 Ka501 yang berkekuatan 1.500 hp (tenaga kuda), yang membuatnya bisa mencapai kecepatan hingga 72 km per jam di medan yang rata.

Leopard Revolution

Dengan hadirnya tank Leopard dari Jerman dalam tubuh TNI AD, otomatis kekuatan tempur TNI AD makin berotot. Maksudnya bukan sekarang, sekarang kan baru ada dua unit, tapi nanti bila semua pesanan Leopard TNI AD disampaikan oleh Jerman. Seperti yang diungkapkan Kemenhan, Indonesia membeli 103 tank tempur utama (main battle tank - MBT) Leopard 2 yaitu 61 varian Leopard Revolution dan Leopard 2A4.

Dengan pembelian ini, maka Indonesia menjadi negara Asia kedua yang mengoperasikan tank yang sekelas dengan M1A1 Abrams buatan AS dan Challenger dari Inggris itu. Negara Asia lain yang mengoperasikannya adalah Singapura.



Karakteristik dan Spesifikasi
Masuk Layanan
2010
Kru
4 (komandan, driver, shooter, loader)
Bobot
60 ton
Panjang dengan meriam
9,7 m
Panjang tanpa meriam
7,7 m
Lebar
3,7 m
Tinggi
2,5 m
Senjata utama
120 mm smoothbore
Senapan mesin
12,7 mm dan 7,62 mm (remot kontrol)
Sudut tinggi tembak
-9 hingga+20 derajat
Sudut putar meriam
360 derajat
Mesin
MTU MB-837 Ka501 turbocharge diesel 1.500hp
Kecepatan Maksimal
70 km/jam
Jangkauan operasional
500km
Halangan vertikal
1,15 m
Medan air
1 m (spontan) atau 4 m (dengan snorkel)

Referensi : Military Today & Solopost

Spanish Army’s first Eurocopter NH90 helicopter performs maiden flight


nh90_spain_ec_pablo_rada
The Spanish Army Airmobile Force's (FAMET) first Eurocopter NH90 tactical transport helicopter (TTH) has performed its maiden flight at the company's España facility in Albacete, south-east Spain.
The helicopter is one of two NH90 GSPA prototypes manufactured in Marignane, France, under a contract signed by the Spanish Ministry of Defence (MoD) in December 2006 for a total of 45 NH90 TTHs.
Currently, the Spanish version prototypes are undergoing testing and certification.
Sponsored by the Spanish Secretariat of Defence through the Directorate-General of Armament and Equipment (DGAM), the programme has been set out to deliver the NH90 helicopter to all three branches of the Spanish armed forces.
Eurocopter España's site in Albacete will provide complete support from the design stage through to flight testing and certification, component manufacture, the final assembly line and integration for the helicopters.
The NH90 programme will also promote Spanish participation in areas such as installation of electronic warfare systems, simulation equipment, automated test benches and engine assembly.
"The programme has been set out to deliver the NH90 helicopter to all three branches of the Spanish armed forces."
NH Industries, a joint venture between AgustaWestland, Eurocopter and Stork Fokker, is the prime contractor for the twin-engine multi-role helicopter programme.
The company is also manufacturing a second variant, the Nato frigate helicopter (NFH) for naval forces.
Powered by two Rolls-Royce-Turbomeca RTM322 engines, the NH90 TTH is an advanced helicopter designed primarily to perform logistics and utility transport, combat search-and-rescue (RESCO), as well as heliborne operations.
The next-generation helicopter can be used to perform casualty and medical evacuation, electronic warfare, special operations and counter-terrorism missions, airborne command post and VIP transportation.
In addition, the helicopters have been ordered by NH90 members, including France, Australia, Belgium, Greece, Norway, Oman, Sweden, Finland and Italy.

Image: The first Spanish version NH90 GSPA03 helicopter during its flight. Photo: courtesy of Eurocopter/Pablo Rada.

Lemsaneg, Lembaga Penanganan Serangan Cyber


Lembaga Sandi Negara
ARTILERI - Seiring berkembangnya teknologi dan mudahnya sarana informasi, maka semakin besar pula ancaman melalui kejahatan siber (cyber crime). Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) sebagai lembaga pelindung sandi negara mengakui bahwa negara Indonesia saat ini sedang dalam ancaman keamanan bahaya cyber.
Ancaman keamanan informasi negara mutlak menjadi tanggung jawab seluruh warga negara. Sedikit saja sebuah informasi bocor kepada pihak yang tidak bertanggung jawab, maka negara di ambang kehancuran. Berbagai ancaman dan tindak kejahatan cyber, bentuknya tak kasat mata namun dampaknya bisa menghancuran. Terutama, bila yang diserang adalah keamanan negara. Jika kita tidak waspada dengan kejahatan ini, kita bisa kedodoran. Setuju tidak setuju kejahatan ini ada dan harus ditanggulangi, seperti yang pernah diungkapkan Mayor Jenderal TNI Dr. Djoko Setiadi, M.Si. yang juga meruapakann Kepala Lemsaneg.

Tren ancaman informasi saat ini sudah menggunakan teknologi tinggi dan harus disikapi dengan teknologi tinggi pula. Kejahatan cyber sudah banyak menyerang negara-negara di dunia, contohnya Estonia pada 2007, negara ini lumpuh selama beberapa hari karena serangan cyber. Untuk itu Lemsaneg diharapkan dapat melakukan pengamanan informasi di dunia cyber, tidak hanya untuk pemerintah namun juga untuk sektor swasta dan seluruh masyarakat Indonesia dengan mengedepankan semangat nasionalisme NKRI untuk membendung berbagai ancaman di dunia cyber.

Lemsenag sendiri sejauh ini memiliki TIM Terpadu seperti kerja sama dengan BIN dan Kemlu. Tim ini akan bekerja terus menerus untuk cek perwakilan di luar negeri. Selain itu, Lemsaneg juga menggandeng Institut Teknologi Bandung (ITB). Lembaga non-kementerian ini bekerja sama dengan ITB untuk lima tahun ke depan.
Indonesia beberapa kali pernah menjadi sasaran empuk kejahatan cyber. Salah satunya maskapai terbesar Garuda Indonesia
Dipilihnya kampus teknik pertama di Indonesia ini karena ITB dianggap merupakan salah satu pusat pendidikan terbaik di Indonesia khususnya dalam bidang penelitian dan rekayasa teknologi di bidang cyber security. ITB dengan jebolan-jebolan terbaiknya, akan berperan mengembangkan keilmuan di bidang matematika. Semua yang berhubungan dengan sandi negara akan dilindungi untuk alasan keamanan. Kerja sama teknis Lemsaneg dengan ITB meliputi pengembangan kapabilitas cyber security. Langkahnya adalah IT Security Assesment melalui pembentukan tim yang akan melakukan pengamanan terhadap aset negara.

Indonesia beberapa kali pernah menjadi sasaran empuk kejahatan cyber. Salah satunya maskapai terbesar Garuda Indonesia. Saat itu pesawat empat hari berjejer di bandara karena schedule yang diacak oleh hacker, membuat schedule pilot dan pramugari berantakan.

Kegiatan persandian dalam pemerintahan telah berlangsung sejak berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dimulai dari Jawatan Tehnik bagian B Kementerian Pertahanan pada masa perjuangan kemerdekaan baik di Jakarta maupun saat pemerintahan RI di Yogyakarta dan Pemerintahan Darurat RI di Bukittinggi, kemudian mendukung kegiatan diplomasi di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan RI di New Delhi, Den Haag, dan New York.

Lembaga Sandi Negara sudah mengalami 6 (enam) masa kepemimpinan, dimulai dari Mayor Jenderal TNI Dr. Roebiono Kertopati dari tahun 1946-1984, diikuti kepemimpinan Laksamana Muda TNI Soebardo dari tahun 1986-1998, selanjutnya oleh Laksamana Muda TNI B.O. Hutagalung dari tahun 1998-2002, lalu Mayor Jenderal TNI Nachrowi Ramli, S.E. dari tahun 2004-2008, kemudian dari tahun 2009-2011 dibawah kepemimpinan Mayor Jenderal TNI Wirjono Budiharso, S.IP, dan sekarang dipimpin oleh Mayor Jenderal TNI Dr. Djoko Setiadi, M.Si. (FS/berbagai sumber)
 
 Posted in: